Sriwijayatimes.id – Pakar IT sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Rahardjo mengatakan belakangan banyak muncul aplikasi yang mengklaim dapat menjadi alat pengukur saturasi oksigen atau oksimeter. Setelah dilakukan ujicoba ternyata diketahui aplikasi tersebut dalah aplikasi “Fake” atau palsu yang bertujuan hanya untuk mencuri sidik jari pengguna.
Aplikasi tersebut akan meminta pengguna untuk menempelkan sidik jari ke handphone. Yang sebenarnya terjadi bukannya saturasi oksigen dapat terukur, tapi aplikasi malah mencuri identitas pengguna lewat sidik jari.
Aplikasi tersebut juga dapat membaca pesan kotak masuk, pesan peringatan bank, OTP, dan mencuri data rahasia pengguna lainnya.
- Kali Kedua, Mobil Pejabat DPMD Muba Alami Laka Lantasby redaksi sriwijayatimes on 29 November 2023 at 06:14
- Peningkatan Guru OKU Timur Digenjot, Bupati Enos Diganjar Penghargaanby redaksi sriwijayatimes on 29 November 2023 at 02:49
“Jadi aplikasinya bukan aplikasi oksimeter ya tapi aplikasi fake yang dimana dia minta jari kita abis itu jari kita dicurinya, kemudian di tempel di kamera,” ujar Budi dalam talkshow Ancaman Multidimensi Serangan Siber Era Pandemi yang digelar secara virtual, Selasa (13/7/2021).
Seperti dilansir idxchannel, Hal ini memang baru terjadi di India. Karena warga India banyak yang mampu membuat aplikasi. Sekali aplikasi diblokir kemudian muncul lagi dan seterusnya.
“Orang-orang India pintar membuat aplikasi aplikasinya banyak, tutup eh muncul lagi. Mudah-mudahan nggak masuk ke Indonesia. Mudah-mudahan orang Indonesia cukup sadar yang gini tuh cukup banyak masalah,” pungkasnya.
(***/bm)